Relationship
Boleh Saja Jadi Working Mom, Asal Keluarga Tetap yang Utama
Di era modern ini pandangan hidup perempuan pasti akan terbelah menjadi dua setelah mereka menikah. Yang pertama adalah mengabdikan dirinya untuk keluarga sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan yang kedua memilih untuk melanjutkan karir dengan bekerja.
Bagi mereka yang memilih menjadi ibu rumah tangga, biasanya mereka memiliki anggapan bahwa kunci kesuksesan dari sebuah keluarga ada pada diri seorang ibu. Karena itulah mereka akan dengan sepenuh hati mengabdikan dirinya untuk mengurus suami serta anak-anaknya. Untuk ibu rumah tangga, menjadi sebuah kebanggaan tersendiri nantinya melihat suaminya sukses dalam berkarir karena dukungannya.
Sementara itu bagi working mom, mereka memiliki segudang alasan yang menyebabkan mereka memilih jalan hidup seperti itu. Alasan yang paling klasik tentu saja tingkat pendidikan. Bagi perempuan lulusan S1 misalnya, rasanya rugi bagi mereka kalau tidak bekerja dan “hanya” menjadi ibu rumah tangga. Sedangkan yang lainnya beralasan untuk membantu ekonomi keluarga. Namun adapula beberapa perempuan yang menjadi working mom hanya karena ikut-ikutan temannya.
Sampai dengan saat ini, sebagian besar masyarakat di negara kita memang masih beranggapan bahwa laki-laki adalah tulang punggung keluarga. Hal itu sebenarnya tidak salah, karena di dalam ajaran agama kewajiban laki-laki adalah memberi nafkah keluarganya setelah menikah. Hanya saja berawal dari kewajiban memberi nafkah itulah banyak laki-laki yang kemudian melarang istrinya untuk bekerja.
Hal-hal semacam itulah yang pada akhirnya akan memicu keretakan rumah tangga. Dengan posisinya sebagai kepala rumah tangga, seorang suami akan memberikan pilihan kepada istrinya, “Pilih keluarga atau pilih karir?” Kalau pilihannya jatuh pada melanjutkan karir, biasanya pernikahan ini akan berakhir dengan perpisahan.
Kalau mau berfikir secara jernih, kejadian seperti itu seharusnya bisa dihindari. Misalnya saja dengan membuat perjanjian pra-nikah yang isinya membolehkan istri untuk bekerja setelah menikah nanti. Ingin lebih kuat? Tinggal tambahi saja tanda tangan diatas materai. Seandainya si calon suami tidak menyetujuinya dalam arti menolak untuk mengijinkan istrinya bekerja, maka ada baiknya kamu pikirkan lagi untuk menikah dengannya.
Lantas kalau si istri ingin melanjutkan karir di saat sudah menikah bahkan punya anak bagaimana? Simpel saja, silahkan melanjutkan karir tapi keluarga tetap jadi prioritas utama. Terutama bagi yang sudah mapan secara finansial, keinginan perempuan untuk berkarir biasanya didasari pada pendidikan tinggi yang telah mereka jalani. Bagi mereka seolah semua itu sia-sia kalau hanya digunakan untuk mengurus rumah tangga saja.
Padahal tidak ada ilmu yang sia-sia. Hanya mungkin pengamalannya saja yang semestinya bisa disesuaikan. Misalnya seorang perempuan sarjana teknik elektro yang menjadi ibu rumah tangga, bisa menyalurkan ilmunya dengan memperbaiki sendiri peralatan listrik dirumah yang rusak. Begitu juga dengan sarjana teknik arsitektur yang menjadi ibu rumah tangga. Setidaknya dia bisa membuat desain interior rumahnya sehingga menjadi semakin nyaman untuk ditempati.
Ketika sudah memutuskan menjadi working mom, berarti seorang perempuan harus bersiap-siap untuk memiliki beban kerja yang luar biasa banyaknya. Perlu dipahami bahwa menjadi seorang working mom bukan berarti menghilangkan sepenuhnya tugas-tugas istri itu sendiri dirumah. Justru sebaliknya, tugasnya semakin banyak. Selain pekerjaannya di kantor, ia juga harus tetap mengurus suami dan anak-anak. Kamu mungkin bisa bilang dengan gampang “kan bisa sewa pembantu”, tapi sayangnya tidak semua keluarga mampu membayar jasa asisten rumah tangga ini.
Urusan anak kan tanggung jawab bersama, gak bisa donk hanya diserahin sama istri. Iya itu memang betul, semua saling kerja sama. Tapi laki-laki mana yang tidak dongkol hatinya, ketika masih capek pulang kerja langsung disuruh istrinya untuk momong anak karena si istri merasa capek banyak kerjaan di kantor. Padahal si suami tidak pernah menyuruhnya untuk bekerja.
Sering terjadi juga, karena kesibukannya di kantor rumah jadi tidak terurus. Suami harus mencuci bajunya sendiri, menyiapkan sarapan untuk anak-anak bahkan sampai antar jemput sekolah. Apalagi ketika karir si istri semakin menanjak dan melebihi suami, bisa jadi kepentingan suaminya akan terabaikan oleh kepentingan kantornya.
Semua catatan diatas hanya berlaku bagi perempuan yang ingin menjadi working mom karena keinginannya sendiri, bukan tuntutan suami ataupun tuntutan ekonomi. Sebab akan lain pembahasannya kalau jadi working mom karena alasan itu. Jadi dari kami para suami, silahkan saja menjadi working mom, asal kepentingan keluarga tetap diatas segala-galanya. Familie vor allem…
Relationship
TIPS DATANG KE PERNIKAHAN MANTAN!
Bukan hal yang aneh untuk tetap berteman dengan seorang mantan, terutama jika kamu telah berhubungan lama dan memiliki banyak teman bersama. Namun bagaimana jika kamu berada dalam situasi diundang ke pesta pernikahan mantan? Mungkin sulit untuk menghadiri pernikahan mantan, terutama jika kamu masih jomblo, tetapi jika kamu ingin tetap berteman dengan mantan setelah hari pernikahan mereka, berikut adalah beberapa tips yang bisa kamu lakukan!
- Bawa teman, kalau perlu pasangan
Jangan sampai sendiri jika datang ke nikahan mantan, ya! Bisa fatal akibatnya, karena selain pasti kamu akan dibully teman-temanmu, tentunya kamu juga akan mengalami perasaan ‘kesepian ditengah keramaian’.
- Tetap tenang dan perlihatkan raut wajah bahagia
Putus hubungan dengannya tak berarti hidupmu akan suram bukan? Perlihatkan perasaan itu ketika hadir di nikahan mantan, perlihatkan jika kamu masih baik-baik saja tanpa dia.
- Hindari membicarakan masa lalu ketika di lokasi acara
Jangan sampai usaha-usaha kamu untuk melupakannya runtuh begitu saja akibat kamu bersama teman-temanmu sibuk membicarakan seputar masa lalumu. Hindari itu ya!
- Secukupnya saja, nggak perlu nyumbang lagu
Cukup datang, makan, mengucapkan selamat, lalu pulang. Tak perlu ada acara tambahan lain apalagi sampai menyumbangkan lagu, terlebih lagunya tentang kenangan kalian berdua. Duh, jangan!
- Usahakan menghindari foto bersama, karena bisanya hanya akan menjadi bahan bercandaan
Dalam hal ini beberapa orang masih tetap ‘legowo’ untuk berfoto bersama mantan beserta mantan dan pasangannya. Namun sebagian juga memilih untuk tak berfoto bersama karena selain akan menjadi bahan bercandaan, tentunya akan ada perasaan yang muncul ‘harusnya aku yang menjadi pasangannya’.
- Tetap jaga silaturahmi dengan keluarganya
Putus hubungan dengannya tak berarti juga memutus tali silaturahmi dengan keluarganya bukan? Tetaplah untuk saling bertegur sapa dengan keluarganya dan menjaga tali silaturahmi.
Relationship
4 Hal yang Harus Kamu Perhatikan Sebelum Melangkah ke Jenjang Pernikahan
Bagi sebagian besar orang, menikah menjadi salah satu tujuan hidup yang harus dicapai. Bahkan tak sedikit yang sampai mematok target harus menikah di usia tertentu. Padahal ada banyak hal yang harus diperhatikan ketika seseorang hendak memutuskan untuk menikah.
Meskipun kami bukan merupakan bagian dari tim pemerintah yang menyusun pedoman untuk pernikahan, tapi setidaknya kami sudah merangkum 4 hal yang harus diperhatikan sebelum kamu memutuskan untuk merubah status dari “lajang” menjadi “menikah”. Yah, semoga saja bermanfaat yaa, lumayan, bisa menjadi tambahan tabungan untuk amal kebaikan tim penulis di akherat nanti.
Cekidot….
1. Pastikan keluarga kalian nanti punya penghasilan
Rumah tangga itu dibangun dengan perasaan. Tapi untuk merawatnya dibutuhkan penghasilan. Kenapa demikian? Karena beli beras dan bayar tagihan listrik nanti tak bisa dilakukan dengan rasa cinta.
Jadi demi kestabilan rumah tangga, sangat diperlukan adanya penghasilan. Permasalahan besar atau kecilnya penghasilan yang didapatkan itu bisa dinomor duakan. Yang penting ada dulu penghasilannya, baru disesuaikan dengan gaya dan kebutuhan hidup.
2. Yakinkan hati kalau dia benar-benar orang yang tepat
Kalau belum yakin, mending tunda dulu rencana untuk menikah. Orang bisa dengan mudah berkata cinta bisa tumbuh karena terbiasa. Tapi pelaksanaannya tak semudah itu…Markonah!
Mumpung belum menikah, kamu masih bisa mempertimbangkan dulu keputusan yang akan diambil dengan akal serta logika. Jangan terfokus dengan perasaan, sebab terkadang itu bisa menipu. Pernah dengar kan alasab ketika orang bercerai karena tidak cocok lagi??? Percayalah, mengatakan putus itu lebih mudah dibanding mengurus berkas perceraian.
3. Sebisa mungkin keluarga kalian merestuinya
Menikah itu tak hanya menyatukan kamu dan dia saja. Tapi juga kedua keluarga kalian. Ketika dari awal sudah tidak saling mendukung, maka kemungkinan besar perjalanan hidup kalian nanti akan banyak rintangannya.
Kecuali kalian termasuk orang yang punya semangat juang yang tinggi dalam menentang arus. Maka keputusan beresiko untuk selalu debat dengan keluarga bisa kamu ambil. Silahkan saja, toh setiap pilihan yang diambil tetap memiliki resiko.
4. Sudah punya calon
Keluarga mendukung, umur sudah tepat, dan penghasilan sudah ada, tapi tak punya calon untuk dinikahi. Terus yang mau kamu ajak duduk di kursi pelaminan itu siapaaaaaa???? Kotak sumbangan???
Relationship
Tips Agar Tetap Tampil Elegan Saat Datang ke Pernikahan Mantan
Mantanmu sudah mau menikah, kamu diundang, tapi kamunya masih jomblo? Sabar…dunia masih terus berputar pada porosnya kok. Jadi hal itu bukanlah akhir dari perjalanan semesta ini.
Kamu harus sanggup menghadapi kenyataan bahwa orang yang pernah menghiasi hari-hari indahmu akan lebih dulu mengikat janji suci dengan orang lain yang ternyata menjadi jodohnya. Kamu harus kuat, jangan terpikirkan untuk bunuh diri! Itu dosa dan kamu nanti bisa ditempatkan di keraknya api neraka.
Jangan pula punya pemikiran untuk datang ke pernikahannya, lalu berniat sedikit mengacaukan acara resepsi dengan menyanyikan lagu Ditinggal Rabi-nya NDX AKA atau Pamer Bojo-nya Didi Kempot. Meski bakal viral, ada cara lain yang lebih elegan untuk membuat mantan terkesima dengan kedatanganmu di hari pernikahannya.
- Walaupun posisi saat ini kamu sedang sendiri, wajib hukumnya untuk membawa pasangan ke nikahan mantan. Usahakan dia yang kamu ajak itu orangnya lebih cantik/ganteng dari mantanmu. Buktikan kalau kamu bisa dapat yang lebih baik.
2. Berpenampilanlah yang menarik. Jangan tampil acak-acakan meskipun dalam keseharian kamu tampil seenaknya. Di acara penting semacam itu kamu harus bisa melakukan pencitraan.
3. Acara nikahan juga identik dengan reuni. Jangan terlihat sedih seandainya ada teman yang mengungkit masa lalumu dengan dia. Seremuk apapun hatimu, kamu harus terlihat kuat!
4. Siapkan jawaban atas pertanyaan “kapan nyusul” yang biasanya datang dari rekan-rekanmu atau bahkan mantanmu. Jawab singkat saja: “Nanti sore habis mandi.”
5. Kado terindah untuk dia adalah suami/istrinya yang duduk di pelaminan. Tapi kamu juga mesti memberikan kado spesial untuk dia. Jangan sebatas amplop dengan isi uang yang tak seberapa. Apalagi amplop kosong!