Bola
Road to Rusia 2018 : Berbagai Kontroversi yang Menemani Korea Selatan ke Semifinal Piala Dunia 2002
Sebelum membicarakan hingar bingar persiapan Piala Dunia Rusia 2018, ada baiknya kita flashback ke belakang untuk mengenang moment-moment tak terlupakan dari penyelenggaraan piala dunia. Untuk edisi ke 2 ini, kita akan menengok kembali Piala Dunia 2002 yang berlangsung di Korea dan Jepang. Di ajang yang pada akhirnya menasbihkan Brasil sebagai kolektor terbanyak trofi piala dunia ini, ada satu lagi kejadian bersejarah yang terjadi di Korea-Jepang 2002, yakni kesuksesan Korsel melaju hingga ke partai semifinal.
Berstatus sebagai tuan rumah, Korea Selatan mendapatkan tiket gratis untuk berlaga di Piala Dunia 2002. Mereka pun mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk mensukseskan ajang tersebut. Mulai dari mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung pertandingan sampai mempersiapkan timnasnya agar tidak tampil memalukan selama turnamen. Sebagai langkah awal Federasi Sepakbola Korea Selatan menunjuk Guus Hiddink sebagai pelatih kepala.
Hasilnya sangatlah luar biasa. Di luar dugaan timnas Korea Selatan mampu melaju jauh hingga babak semifinal. Dalam perjalanan menuju semifinal itu Ahn Jung Hwan dkk menyingkirkan negara-negara besar seperti Portugal, Spanyol serta Italia. Keberhasilan tersebut jelas sangat membanggakan bagi warga Korea Selatan pada khususnya serta penduduk Asia pada umumnya. Sebab sampai dengan saat ini belum ada lagi negara Asia yang sanggup melaju hingga semifinal piala dunia.
Korea Selatan tergabung di Grup D bersama Portugal, Amerika Serikat dan Polandia. Mereka tampil luar biasa dengan mengalahkan Polandia dan Portugal serta bermain imbang 1-1 melawan Amerika Serikat. Sebenarnya tidak banyak insiden yang terjadi di fase penyisihan grup ini. Korsel bermain dengan sangat baik dengan didukung oleh puluhan ribu suporter fanatiknya yang sangat atraktif. Kalaupun ada pertandingan yang cukup panas mungkin hanya saat mereka bertemu dengan Portugal.
Golden generation nya Portugal seperti Luis Figo, Pauleta, Couto, dan Rui Costa harus kalah dari Korea Selatan dengan skor 1-0. Bahkan Portugal saat itu harus bermain dengan 9 orang pemain karena Joao Pinto dan Beto mendapatkan kartu merah. Beberapa keputusan wasit yang cenderung berat sebelah akhirnya membuat mental Portugal runtuh. Gol tunggal dari Park Ji Sung membuat Brasil nya Eropa itu harus tersingkir lebih cepat dari Korea-Jepang 2002.
Di babak 16 besar barulah serangkaian drama terjadi. Menghadapi Italia yang kala itu diperkuat oleh Vieri, Totti, Cannavaro, Nesta dan sejumlah nama besar lainnya jelas membuat Korea Selatan berada di pihak yang tidak diunggulkan. Namun hasil berkata lain, mereka sanggup mengalahkan Del Piero cs lewat golden goal Ahn Jung Hwan. Italia sebenarnya tidak tampil bagus selama berlaga di Korea-Jepang, namun cara mereka kalah dari Korea Selatan sangatlah menyakiti hati para pendukung Italia itu sendiri.
Bukan karena Italia yang tampil buruk di pertandingan itu, tapi karena kepemimpinan wasit Byren Moreno asal Ekuador yang menyebabkan Italia gagal lolos. Sempat unggul terlebih dahulu oleh gol Cristian Vieri, Italia kemudian harus menjalani pertandingan keras dimana sejumlah pelanggaran yang dilakukan pemain Korea Selatan dibiarkan begitu saja oleh wasit. Jin Cheul melayangkan tekel dua kaki ke arah Zambrotta. Lalu Tae young menyikut Del Piero. Ajaibnya dua hal itu dibiarkan begitu saja oleh wasit.
Sedangkan hal sebaliknya untuk Italia. Pelanggaran yang dilakukan Italia akan langsung diberikan peringatan. Puncaknya tentu saja kartu kuning kedua untuk Totti karena dianggap melakukan Diving. Belum lagi gol kedua Vieri yang dianggap offside serta Tommasi yang tinggal satu lawan satu dengan kiper juga dianggap offside. Malam itu Italia dibuat remuk redam di Korea Selatan. Golden goal Ahn Jung Hwan di perpanjangan waktu akhirnya mengakhiri penampilan Gli Azzuri di ajang piala dunia 2002.
Media-media Italia pun langsung bereaksi keras pasca pertandingan itu. Banyak yang membuat headline yang menyatakan bahwa Italia disingkirkan dengan cara kotor oleh Korea Selatan. Sang pencetak gol kemenangan Korsel, Ahn Jung Hwan juga dipecat oleh Perugia. FIFA yang kelabakan dengan banyaknya kritik serta laporan setelah pertandingan itu pun akhirnya memberikan respon dengan segera melakukan penyelidikan. Sayangnya hal itu tak akan mengubah hasil pertandingan. Korsel tetap melaju ke perempat final.
Di babak 8 besar Spanyol sudah menunggu Korsel. Kembali berbicara materi pemain, skuad matador jelas jauh di atas Korea Selatan. Spanyol saat itu diperkuat oleh Raul Gonzales, Mendieta, Iker Cassilas, Ivan Helguera serta Morientes. Dua nama terakhir yang disebutkan bisa jadi merupakan orang yang paing sakit hati. Sebab dua gol bersih yang dicetak oleh Spanyol berasal dari mereka dan dua-duanya dianulir wasit asal Mesir, Gamal Al Gandourm. Spanyol akhirnya tersingkir setelah kalah dalam adu penalti 5-3 setelah selama 120 menit bermain imbang tanpa gol.
Seperti halnya di Italia, media massa Spanyol pun memprotes keras hasil pertandingan itu. Bukan kekalahannya, melainkan cara mereka kalah dari Korea Selatan. Keputusan FIFA menunjuk dua wasit asal negara minor ( Ekuador dan Mesir) di turnamen sekelas piala dunia juga menimbulkan kecurigaan. Hingga pada akhirnya skandal yang dilakukan oleh para pejabat FIFA terbongkar pada tahun 2015 lalu oleh FBI. Salah satu skandal yang terbongkar itu menyangkut masalah pengaturan skor.
Adalah mantan wakil Presiden FIFA, Jack Warner yang menjadi tersangkanya. Ia adalah orang yang menunjuk wasit-wasit yang memimpin jalannya pertandingan antara Korea Selatan melawan Portugal, Italia dan Spanyol. Ada kecurigaan bahwa hal itu dilakukan agar Korea Selatan selaku tuan rumah bisa melaju sejauh mungkin di piala dunia. Kiprah Korsel di piala dunia sendiri berakhir di tangan Jerman. Gol tunggal Ballack berhasil mengantarkan der panzer ke final serta menghentikan laju tim ginseng itu. Di perebutan tempat ketiga, Korea Selatan kalah dari Turki dengan skor 3-2. Walaupun hanya berada di peringkat ke empat, anak asuh Guus Hiddink tersebut tetap dianggap pahlawan oleh warga Korea Selatan.
Bola
Hasil Jornada ke-14 LaLiga Spanyol, Barcelona Masih Memimpin Klasemen
Tertundanya laga el clasicco antara Barcelona melawan Real Madrid tampaknya tak terlalu berpengaruh pada posisi kedua penguasa LaLiga itu di klasemen sementara. Barcelona masih memimpin klasemen dengan 28 poin. Sedangkan Real Madrid berada di posisi kedua dengan poin yang sama tapi kalah dalam produktifitas gol.
Melawat ke markas Leganes, el Barca harus mengakhiri babak pertama dengan kondisi tertinggal 1-0 lewat gol En Nesyri di menit ke-12. Barulah di menit ke-53 Barcelona berhasil menyamakan kedudukan lewat sepakan Luiz Suarez. Sebelas menit jelang waktu normal berakhir, Arturo Vidal mencetak gol untuk memastikan kemenangan Barcelona. Skor 1-2 bertahan hingga peluit panjang dibunyikan.
Di Santiago Bernebau, Real Madrid juga melakukan comeback. Menjamu Real Sociedad, el real harus tertinggal lebih dulu lewat gol cepat yang dicetak oleh Willian Jose pada menit ke-2. Karim Benzema menyamakan skor pada menit ke-37. Babak pertama berakhir dengan hasil imbang 1-1.
Tiga menit usai kick off babak kedua, Real Madrid berbalik unggul lewat gol Federico Valverde. Luca Modric menutup kemenangan Madrid melalui golnya dimenit ke-74. Sama-sama baru melakoni 13 laga, Barcelona dan Real Madrid sudah unggul 3 poin atas pesaing terdekatnya, Atletico Madrid yang menghuni posisi 3 dengan 25 poin.
Berbeda dari Serie A dan Liga Inggris, persaingan di LaLiga masih terbilang sengit. Selisih poin penghuni 4 besar tidak terlalu jauh. Masih cukup sulit memprediksi siapa yang akan bersaing di bursa perebutan gelar juara liga. Sementara itu laga el clasico jilid 1 musim ini baru akan digelar pada tanggal 18 Desember 2019 mendatang.
Bola
Giornata ke-13 Serie A, Inter Milan Masih Tempel Ketat Juventus
Ada yang berbeda dari Liga Italia musim ini. Dominasi Juventus, setidaknya hingga pekan ke-13, tidak begitu sehebat musim-musim sebelumnya. Adalah Inter Milan yang membuat Juventus “tersaingi” musim ini.
Kemenangan Juventus di markas Atalanta memang membuat anak asuh Sarri itu tetap berada di puncak klasemen. Akan tetapi di posisi kedua, Inter Milan, tetap setia menguntit dengan selisih satu poin saja.
Melawat ke markas Torino, I Nerazurri berhasil mengamankan 3 poin lewat kemenangan 0-3 atas Torino. Gol-gol kemenangan Inter Milan dicetak oleh Martinez dan De Vrij pada babak pertama dan satu gol lagi oleh Romelu Lukaku pada babak kedua. Beberapa jam sebelumnya, Juventus berhasil melakukan comeback di markas Atalanta.
Tertinggal lebih dulu melalui gol Robin Gosens pada menit ke-56, si Nyonya Tua lantas merespons melalui dua gol Gonzalo Higuain dan satu gol dari Paulo Dybala. Ketidakhadiran Cristiano Ronaldo yang tidak fit nyatanya tak terlalu berpengaruh signifikan pada penampilan Juventus. Sama seperti Liverpool di Liga Inggris, Juventus juga masih belum terkalahkan di ajang liga sampai pekan ke-13 dengan raihan 11 kemenangan dan dua kali imbang.
Sementara itu Inter Milan di posisi kedua sejauh ini telah meraih 11 kali menang, sekali imbang, dan sekali kalah. satu-satunya kekalahan yang diderita Inter adalah menyerah 1-0 dari Juventus. Selisih 7 poin dari peringkat ketiga yang dihuni Lazio setidaknya cukup membuktikan bahwa Liga Italia musim ini hanya akan menjadi ajang rebutan antara Juventus dengan Inter Milan.
Meskipun demikian, persaingan di posisi 6 besar antara Lazio, Roma, Cagliari dan Atalanta tetap menarik untuk diikuti. Belum lagi jika runner up musim lalu, Napoli, sudah kembali ke performa terbaiknya. Kalaupun ada tim “besar” yang menderita, mungkin itu hanyalah AC Milan yang saat ini berada di peringkat ke-13.
Bola
Matchday ke-13 Liga Inggris, Liverpool Semakin Kokoh di Puncak Klasemen
Keperkasaan Liverpool di Liga Inggris musim ini terus berlanjut. Usai menghantam Manchester City di pekan ke-12 dengan skor 3-1, malam tadi Sadio Mane dkk berhasil mempermalukan tuan rumah Crystal Palace dengan skor 1-2.
Kemenangan itu menjadikan the reds tetap kokoh di puncak klasemen dengan 37 poin, hasil dari 12 kali menang dan 1 kali imbang. Sedangkan rival terberatnya, Manchester City, juga meraih hasil yang sama di Etihad Stadium.
Menjamu Chelsea, juara bertahan Liga Inggris itu harus tertinggal terlebih dahulu lewat gol Ngolo Kante sebelum dibalas oleh Kevin de Bruyne. Riyad Mahrez akhirnya memastikan kemenangan the citizen lewat sepakannya yang tak mampu dibendung oleh Kepa Arizbalaga di menit ke-37. Namun kemenangan ini harus dibayar mahal dengan cederanya Sergio Aguero. Belum bisa dipastikan kapan penyerang Argentina ini bisa kembali ke lapangan hijau.
Di kota London, Tottenham Hotspurs sukses mematahkan rekor buruk tampil di kandang lawan musim ini. Di bawah asuhan pelatih anyarnya, Jose Mourinho, the lilywhites berhasil mengalahkan West Ham United 2-3. Gol-gol kemenangan Tottenham Hotspurs dicetak oleh Son Heung Min, Lucas Moura, dan Harry Kane. Sedangkan gol West Ham dicetak oleh Antonio dan Ogbonna.
Sementara itu penghuni peringkat ke-2, Leicester City, juga tak kalah gemilang. Anak asuh Brendan Rodgers tersebut mampu mengamankan 3 poin saat melawat ke markas Brighton & Hove Albion. Dengan dua gol yang dicetak Ayoze Perez dan Vardy itu membuat Leicester City tetap menjaga jarak 8 poin dengan Liverpool di posisi pertama.
Denagn hasil-hasil tersebut, tak ada perubahan berarti di posisi empat besar klasemen Liga Inggris saat ini. Liverpool masih nyaman di puncak dengan 37 poin, disusul Leicester City di posisi kedua dengan 29 poin. Manchester City menggantikan posisi Chelsea di peringkat ke-3 sedangkan Chelsea melorot ke posisi 4 dengan 26 poin.